Tidak bisa dipungkiri bahwa latar belakang yang blur dari sebuah foto mampu memberi kesan kedalaman (Depth-of-Field/DoF) tersendiri bagi foto tersebut. Dengan latar yang blur dapat dilakukan isolasi atau pemisahan objek foto sehingga perhatian tidak terpecah antara melihat objek atau latarnya. Maka itu teknik membuat blur ini lebih banyak dipakai di foto potret dan still life (yang perlu DoF sempit), dan tidak untuk dipakai di foto landscape atau pemandangan (yang perlu DoF lebar).
Banyak yang berharap dengan kamera yang dimilikinya, dia akan dapat mendapat foto yang latarnya blur. Meski banyak yang berhasil, namun ada juga yang mengalami kekecewaan karena hasil fotonya tidak seperti yang diharapkan. Untuk itu perlu dicatat bahwa hasil dari foto yang latarnya blur dapat bervariasi, dan tingkat blurnya pun berbeda (mulai dari yang agak blur hingga sangat blur). Ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu faktor apa saja yang membuat hasil blur pada latar ini bisa berbeda, yaitu :
- ukuran sensor pada kamera
- jenis lensa yang dipakai
- posisi panjang fokal lensa
- bukaan diafragma lensa
- jarak objek terhadap latar
Soal sensor, jelas pada kamera DSLR yang ukuran sensornya lebih besar, kemampuan menghasilkan foto yang latarnya blur akan menjadi mudah. Tidak demikian halnya dengan kamera bersensor kecil (meskipun kamera prosumer) yang relatif akan kesulitan untuk membuat blur pada latar. Pada DSLR pun jenis lensa yang dipakai bisa memberi hasil blur yang berbeda-beda, tergantung tipe lensanya (zoom atau prime), berapa jumlah blade diafragmanya (ada yang 5, 7, dan 9 blade) dan apa jenis bladenya (lurus atau rounded).
Sekedar berbagi tips, mendapatkan bokeh yang baik dapat diupayakan dengan beberapa langkah berikut ini :
- Gunakan bukaan maksimal, karena semakin besar bukaan diafragma akan membuat latar semakin blur. Bila lensa anda memiliki bukaan maksimal f/4, gunakan saja itu, jangan bermain di f/8 atau f/11, misalnya.
- Gunakan posisi fokal lensa di zoom / tele maksimum (untuk lensa zoom tentunya). Masalahnya, pada posisi lensa di tele maksimum ini kebanyakan akan mengalami penurunan bukaan diafragma maksimal (kecuali lensa dengan bukaan konstan). Tips memakai posisi tele maksimum ini tidak harus dilakukan pada lensa yang tergolong super zoom (seperti 18-200mm), karena bisa-bisa nanti si fotografer akan berada terlalu jauh dari objek.
- Upayakan jarak objek cukup jauh dari latarnya. Akan sia-sia memakai bukaan lensa maksimum bila si objek bersandar di dinding, misalnya. Baik si objek dan dinding itu akan sama-sama tajam nantinya, sehingga tidak bisa didapat bokeh yang baik.
- Untuk pemakai kamera saku, selain tips diatas bisa dicoba dengan memakai mode macro yang bisa menambah kemampuan lensa untuk memisahkan objek dengan latarnya.
Sebagai perbandingan, saya berikan contoh foto yang didapat dari berbagai jenis lensa (memakai kamera Nikon D40). Lokasi di halaman rumah saja, dengan objek suvenir khas Kalimantan dan sebagai latarnya adalah pepohonan di taman rumah.
Inilah contoh foto yang saya buat :
Foto diatas, yang bokehnya menurut saya paling baik, didapat dengan memakai lensa Nikon AF-S 105mm VR Micro, dengan bukaan saya set di f/3.2. Dengan memakai lensa ini, kita sama sekali tidak punya gambaran apa yang menjadi latar belakang dari foto ini. Fokus hanya tertuju pada patung Dayak yang tampak jelas sebagai objeknya.
Foto kedua, bokehnya sedikit kalah dibanding dengan foto pertama, didapat dengan memakai lensa Nikon AF-S 24-70mm dan bukaan f/2.8 (di posisi 70mm), bisa didapat bokeh yang masih amat baik. Abaikan perbedaan warna foto ini dengan foto pertama, mengingat cuaca belakangan ini sering berubah-ubah.
Foto ketiga, meski memakai Nikon D40 tapi kini beralih ke lensa kit 18-55mm. Pada posisi tele maksimum 55mm, dengan bukaan maksimum hanya f/5.6 memang nyatanya lensa ini kurang mampu menghasilkan bokeh yang baik (meski lensa kecil ini mampu memberi ketajaman dan warna yang hampir sama baiknya dengan lensa yang lebih mahal). Maka itu lensa kit ini tidak begitu cocok untuk urusan bikin blur, terbukti pada foto diatas masih tampak sepintas adanya pepohonan di belakang objek.
Foto keempat diberikan sebagai pembanding, diambil memakai kamera saku Lumix LZ2 yang lensanya 36-222mm f/2.8-4.5 (6x zoom). Pada posisi tele maksimum (222mm), bukaan maksimum dari lensa ini adalah f/4.5 yang relatif masih mencukupi untuk membuat blur pada background. Posisi mode yang dipakai adalah macro mode, dan terbukti mampu membantu membuat bokeh yang lumayan (untuk ukuran kamera saku lho..).
Tips tambahan, bila tips diatas semuanya tidak berhasil : gunakan saja software Photoshop, bermainlah dengan layer dan blur tool. Tapi ingat, olah digital semacam ini tidak diijinkan dalam lomba foto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar